topbella

Tuesday, January 3, 2023

Mom, Temanku Bilang Dia G*Y (Bagian Pertama)


Sejak kecil, setiap sore, orang tua telah membiasakan saya untuk pergi mengaji ke masjid. Rumah kami berada tepat di hadapan masjid yang menjadi pusat kegiatan keagamaan di daerah kami. Sepertinya sudah menjadi tradisi bagi keluarga kami untuk mencari atau membangun rumah di sekitar masjid. Seingat saya, seluruh paman dan bibi, bahkan kakek dan nenek pun tinggal dekat dengan masjid di daerahnya masing-masing. 


Selepas Salat Asar, dengan masih mengenakan mukena dan sarung, saya dan teman-teman seumuran telah duduk berjajar di hadapan seorang guru. Ada beberapa kelompok berdasarkan umur, setiap kelompok terdiri dari lima sampai sepuluh anak. Ada lebih dari empat kelompok, saling bersahutan mengaji, atau menyebutkan rukun iman, atau melafalkan do’a-do’a dengan riang, di bagian belakang masjid yang luas. 


Masjid benar-benar menjadi pusat kegiatan belajar dan mengajarkan ilmu agama. Setiap harinya, masjid di depan rumah kami selalu ramai dengan kegiatan pengajian, berbeda-beda waktu berdasarkan usianya, silih berganti, hingga malam tiba.


Saya sangat bahagia dengan semua kenangan indah itu, dan bersyukur kepada semua guru yang menanamkan nilai kebaikan yang menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan. Saya tidak pernah menyangka akan sangat merindukan, riuh rendah kebersamaan yang kini hanya dapat saya rasakan setahun sekali, ketika liburan ke kampung halaman.


Lebih dari sepuluh tahun merantau di luar Indonesia, berpindah dari satu negara ke negara lainnya. Hidup jauh dari rutinitas masjid yang penuh suka cita dengan seluruh kegiatan keagamaannya. Bahkan mengalami keadaan sebagai minoritas, sampai ditahap bisa mendengarkan suara azan hanya dari jam dinding yang mengeluarkan seruan untuk salat secara otomatis apabila sudah waktunya saja. Tentu saja perubahan ini awalnya sangat berat untuk saya.


Hati saya rasanya kering, jiwa saya kerontang dan haus akan siraman ilmu yang mengingatkan pada nilai luhur, kebaikan, pada sejarah, pada kemilau masa lampau yang penuh peradaban, dan pada kehidupan setelah kematian. Alhamdulillah, kekuatan jaringan telekomunikasi di setiap negara yang saya tinggali sangat memuaskan, saya dapat mendengarkan kajian dari gawai yang menyiarkan rekaman. Saya dapat melakukannya sambil membersihkan rumah, atau saat berada di dalam kendaraan. 


0 comments:

Post a Comment

About Me