topbella

Friday, January 6, 2023

Mom, Temanku Bilang Dia G*Y (Bagian Keempat)

 


Pendidik Anak sesuai jaman

Keadaan kami yang jauh dari sanak saudara, tanpa rutinitas masjid, sedangkan pendidikan agama di sekolah hanya terangkum dalam pelajaran sosial dan sejarah dunia. Namun demikian, saya tidak boleh berputus asa. Mendengar cerita anak-anak mengenai teman laki-laki mereka yang memakai rok “tutu” dan membaca buku yang hampir dibawa pulang oleh si bungsu, menyadarkan saya. Saya harus bergegas. Saya tidak boleh lengah sedikitpun. 


Fitrah anak-anak adalah kebaikan. Lalu bagaimana saat mereka berhadapan dengan sesuatu yang bertentangan dengan norma, agama, dan prinsip serta nilai-nilai yang dianut?

Saya ingin anak-anak saya memiliki cita-cita yang tinggi, bertebaran di bumi Allah yang luas, bermanfaat bagi kemajuan dunia, dimanapun mereka berada nantinya. Berangkat dari pemikiran seperti itu, artinya saya harus menguatkan pondasi dari dalam. Tidak membuat mereka “steril” dari fitnah dunia, namun menjadi “imun”. Seperti do’a yang selalu saya panjatkan untuk mereka “Menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa”.  


Bertemu dengan banyak orang, dari berbagai kalangan, latar belakang, suku, agama, adat-istiadat, kebiasaan, beragam bahasa dan warna kulit yang berbeda, harusnya menambah risalah dan kedalaman jiwa.  Mengatakan dengan berani “Saya menghormati pilihanmu, namun agama saya melarang itu, kita memahami bahwa kita berbeda, mari saling menghargai” adalah salah satu yang harus ditanamkan dengan kuat kepada anak-anak. 


Kini semakin banyak pertanyaan tak terduga yang dilontarkan oleh mereka. Diantaranya,

“Bukankah pemeluk agama lain juga sangat mempercayai agama mereka yang paling benar? Lalu bagaimana aku bisa yakin bahwa akulah yang lebih benar?”. Percayalah, semua orang tua mengalami hal yang sama. Naluri anak-anak untuk mengetahui banyak hal, juga dialami oleh orang tua yang lain. 


Suatu hari, saat dijemput oleh ibunya, salah satu kawan anak saya bertanya dengan antusias sambil berlari menyambut ibunya saat saya membukakan pintu 

“Apa agama kita?”

“Kita tidak beragama” Jawab ibunya yang nampak sedikit terkejut dengan pertanyaan tak terduga itu.

“Lalu apa yang kita percayai?” Tanya anak itu lagi dengan mata yang keheranan.

“Oh, kita percaya pada diri kita sendiri” Ibunya berjongkok dan membelai rambutnya yang hitam mengkilat.


0 comments:

Post a Comment

About Me