topbella

Saturday, January 7, 2023

Manusia yang Melelahkan

 Di dunia ini, ada beberapa macam jenis manusia. Ada yang ramah, mudah tersenyum dan siap menyapa siapa saja yang ditemuinya. Seakan-akan setiap jalan yang dilaluinya adalah taman bunga yang semerbak aromanya, wangi dan membuat hati menjadi bahagia ketika melewatinya. Tidak peduli bagaimana mendungnya hati kita, begitu mata kita beradu pandang, dan dia melemparkan senyuman mautnya, otak kita seakan-akan otomatis memerintahkan bibir kita untuk membalas senyuman itu, semanis yang kita bisa. Dia seperti vitamin yang memberikan energi bagi jiwa yang lelah, menyirami hati yang kosong, menumbuhkan bibit kebahagiaan. Seperti hujan yang hadir tiba saat matahari sedang terik-teriknya, seperti angin yang menyibak mendung begitu saja. Tatapan matanya yang ceria seakan-akan mengatakan kalau kita akan baik-baik saja. Bahwa kalut pikiran yang membuat air mata hampir tumpah bukanlah segalanya. 


Saya juga pernah bertemu dengan manusia yang begitu anggun dan berwibawa. Sikapnya tenang, sorot matanya tajam dan dalam. Manusia jenis ini akan banyak mendengar, membiarkan kita mengomel sampai kehabisan kosa kata, puas mengeluarkan sampah yang menyesakkan dada.  Dia tidak banyak bicara, namun diamnya adalah hal yang paling dibutuhkan saat gundah gulana melanda.


Ada juga manusia yang ekspresif, meledak-ledak seperti kembang api yang memiliki banyak warna. Suaranya keras memekakkan telinga. Membangkitkan aneka rasa bagi yang melihatnya.  Ada yang antusias menantikan kejutan selanjutnya, euphoria tiada tara. Namun selalu saja ada kesedihan yang mengikutinya, cemas dan khawatir akan percikan panasnya. Harga yang harus dibayar sering kali terlalu mahal, menyilaukan mata.


Saat masih duduk di sekolah menengah pertama, saya sedang dalam proses pencarian jenis manusia yang paling istimewa. Saya ingin menjadi manusia yang seperti itu nantinya. Saya hanya ingin membuat orang lain bahagia. Saya tidak ingin ada manusia lain yang merasa sedih karena perbuatan atau perkataan saya. Saya membayangkan menjadi manusia yang memiliki hati seluas samudra, welas asih, pengertian, bahkan hanya kerlingan matanya mampu menghilangkan duka lara. Lalu saya menuliskan hasil pencarian saya itu di halaman terakhir buku catatan saya yang berwarna ungu, “Manusia begitu lemah dan bodoh”.


  


0 comments:

Post a Comment

About Me