topbella

Friday, January 13, 2023

Everglow (Part 3)

Vio menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan mengeluarkan erangan yang tertahan saat Henry melepaskan kaos kaki dari kaki kirinya. Vio merebut gawai dari tangannya dan segera mematikannya. 


“Ibumu belum selesai berbicara” Kata Henry tenang. Pandangannya masih tertuju pada kaki Vio yang mulai membiru.


 “Syukurlah, sepertinya hanya terkilir, Ah! Bagaimana kau membiarkannya lepas dari pengawasanmu, Henry?!” Henry menatap tajam pada pemuda berambut pirang yang sedang melotot ke arahnya. 


“Apa aku seharusnya mengenalmu?” Henry menjawabnya dengan sinis.


Pemuda itu terdiam. Sepertinya dia sedang berusaha membaca ekspresi Henry dengan hati-hati. Mulutnya membuka, ingin mengatakan sesuatu, namun segera menutup kembali saat matanya beradu pandang dengan Vio. Mereka bertatapan lama sekali. 


Henry berdehem beberapa kali untuk menarik perhatian dua orang yang sedang beradu pandang itu. “Kita harus ke klinik sekarang, aku akan menggendongmu, aku sudah memanggil taxi” Katanya sambil berdiri.


“Aku masih bisa berjalan sendiri” Vio menepis tangan Henry. 


“Jangan keras kepala. Kakimu akan bertambah parah jika dipaksakan”. Vio memekik tertahan ketika pemuda dihadapannya meraih tangannya dan melingkarkannya di bahunya lalu mempobongnya tanpa peringatan. Dia meronta dan melemparkan beberapa pukulan, namun pemuda itu hanya berjalan dengan cepat menaiki tangga yang menuju ke tempat parkir.


“Namaku Reinhart” katanya dengan tenang, sambil menoleh pada Henry yang masih mematung. Mendengar itu, Henry tersentak, seperti teringat sesuatu. Dia lalu berlari menaiki tangga, melewati Reinhart dan Vio yang memandangnya keheranan.


Begitu mereka sampai di tempat parkir, Reinhart mempercepat langkahnya begitu melihat Henry membuka pintu belakang sebuah taxi. Dia menurunkan Vio perlahan-lahan agar dia tidak perlu bertumpu pada kaki kirinya. Dengan susah payah Vio beringsut masuk ke dalam taxi. Begitu Vio berhasil duduk sempurna di dalam, Henry segera menyusul masuk, duduk di samping Vio, dan menutup pintunya. 


Rheinhart mundur selangkah karena terkejut dengan tindakan Henry yang tiba-tiba itu. Vio hanya menatap Henry tak mengerti. Namun dia tidak mengatakan apa-apa. Bahkan saat taxi melaju meninggalkan Reinhart yang menatap mereka dengan khawatir dan putus asa. 


Rasanya banyak sekali yang ingin dia tanyakan, ingin dia ketahui, mengapa Henry bersikap begitu dingin pada Rheinhart padahal dia telah menolongnya, mengapa Henry tidak pernah menceritakan mengenai Rheinhart, padahal tampaknya dia mengenalnya. Mengapa Henry bersikap aneh sejak berbicara dengan ibunya tadi. 


Mengapa ibunya tidak menelponnya kembali? Henry jelas memahami situasi ini. Namun dia diam saja. Perjalanan menuju klinik. Mereka tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Hanya terdengar suara supir taxi yang sedang menelpon melalui pengeras suara kabel yang terpasang pada sebelah telinganya saja.

0 comments:

Post a Comment

About Me