topbella

Thursday, January 12, 2023

Everglow (Part 2)

 Di waktu yang hampir bersamaan, “Astaga, Luca sangat menyukaimu, kenapa kau begitu takut padanya” Jacob mengangkat dan mendekap anjingnya dengan penuh kasih, napasnya masih terengah-engah, kaos putihnya basah oleh keringat. Mengejar Luca memang bukanlah tugas yang mudah. 

Di waktu yang hampir bersamaan, “Astaga, Luca sangat menyukaimu, kenapa kau begitu takut padanya” Jacob mengangkat dan mendekap anjingnya dengan penuh kasih, napasnya masih terengah-engah, kaos putihnya basah oleh keringat. Mengejar Luca memang bukanlah tugas yang mudah. 


“Jangan bereaksi berlebihan!” Tambahnya lagi sambil memasang tali pengaman yang ada pada punggung Luca dan berlalu menjauh begitu saja.


“Hari ini kau benar-benar sudah keterlaluan!” Seru Vio. Namun Jacob hanya mengacungkan jempolnya tanpa menoleh. Vio menatapnya tak percaya, namun memutuskan untuk berurusan dengan Jacob lain waktu saja, mereka pasti akan bertemu lagi besok.  Jacob selalu mengajak Luca berjalan pagi sehingga mereka sering kali berpapasan disekitar pantai atau taman.


“Ah!” Vio meringis ketika menapakkan kaki kirinya. Sepertinya Karena terkilir atau karena terbentur tiang tadi. Baiklah, mungkin harus menunda mengkonfrontir Jacob, sepertinya besok dia tidak akan bisa berlari pagi. Dia menunduk dan mencoba melepas sepatunya untuk memeriksa kakinya yang tidak bisa dia tapakkan.


“Vio! Kau tidak apa-apa?!” 

Vio menolah cepat ke arah pemuda yang menolongnya tadi dan menatapnya dengan tajam. Dia yakin sekali tidak pernah melihat pemuda berambut pirang ini. Rambut ikalnya terjuntai menutupi sebagian mata kanannya.


“Mana Henry?! Mengapa dia membiarkanmu dalam bahaya seperti ini?!” Suara tinggi pemuda yang tadi menolongnya membuyarkan lamunannya. 


“Oh! Kau mengenal Henry?” Vio melemparkan tatapan menelisik.  Ada sesuatu pada pemuda ini yang mengganggu pikirannya, tapi dia tidak bisa menjelaskannya. Dia agak sedikit lebih tinggi dari Henry, matanya indah, tatapannya lembut, namun tajam dan dalam, mungkin karena alis hitamnya berbaris rapi dan membuat semua yang ada di wajahnya terlihat begitu serasi. 


“Hey! Apa yang kau lakukan?!” Vio mendelik ketika pemuda itu meraih tangan kirinya, alih-alih menjawab. Pemuda itu menekan salah satu tombol di jam tangannya dengan kuat. Vio berusaha melepaskan cengkraman pemuda itu, namun tidak berhasil. Pemuda itu melepaskan tangannya setelah tulisan “SOS” muncul di layar jamnya.


Vio menghentakkan tangan kirinya dengan kuat. “Sial! Untuk apa mengirimkan sinyal SOS?! Kakiku hanya terkilir” Vio terhuyung-huyung karena kehilangan keseimbangan. Rupanya keadaan kakinya lebih parah dari yang dia pikirkan.


“Lepaskan!!” Vio berusaha memberontak ketika pemuda itu dengan sigap memapahnya ke bangku panjang di depan sebelah kanan mereka. Namun Vio akhirnya menurut saja sambil terpincang-pincang dan meringis menahan tangis. Dia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, namun mengurungkannya karena merasakan getaran dari saku celananya. 


Dia meraih gawai itu dengan tangan kanannya sambil melemparkan tatapan Semua ini gara-gara kamu! Awas Kau! Ke arah pemuda di hadapannya yang segera memalingkan wajahnya. Matanya menatap jauh, ke kanan dan ke kiri, seperti sedang mencari sesuatu dengan serius, atau… menunggu seseorang yang penting? 


Vio menjawab telepon dari ibunya dengan sekedarnya. Aku tidak apa-apa, hanya terkilir, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, tanya saja pada Henry kalau tidak percaya. Tentu saja, begitu menerima sinyal bahaya darinya, orang tuanya akan segera menghubungi Henry untuk mengkonfirmasi. Orang tuanya secara sengaja telah “menitipkannya” dalam pengawasannya, begitu dia pernah mendengar ayahnya berbicara pada Henry, sambil menepuk-nepuk pundaknya setiap kali mereka berpamktan di bandara. Namun dia tidak pernah membayangkan kejadian seperti hari ini benar-benar akan terjadi. Sulit dipercaya! Dan kenapa pemuda pirang yang tampan ini sepertinya tahu apa yang sedang dia lakukan? Wajahnya begitu lega melihat Henry datang dengan berlari kencang. 


Vio tidak sampai hati melihat nafasnya yang tersengal-sengal, namun tetap menyodorkan gawai yang dipegangnya ke hadapan Henry sambil melemparkan pandangan tidak percaya. Henry meraih gawai itu, dan berjalan menjauh, Vio tidak dapat mendengar pembicaraan Henry dan ibunya itu. Dia mengalihkan pandangan penuh selidik pada pemuda berambut pirang itu lagi. Siapa dia? apa hubungannya dengannya? Dan mengapa dia tidak merasa asing atau terancam saat berada di dekatnya?

0 comments:

Post a Comment

About Me