topbella

Saturday, January 14, 2023

Eveeglow (Part 4)

 Vio masih membisu bahkan sampai saat dia hanya tinggal berdua saja dengan Henry di perlustakaan. Henry berusaha sekuat tenaga mengabaikan Vio yang dengan sengaja mengirimkan pandangan tajam “meminta penjelasan”. 


Henry berjalan ke sana ke mari, menyusun kembali buku-buku yang telah dikembalikan oleh anggota perlustakaan. Beberepa kali dia mencuri pandang pada Vio dari balik rak buku yang panjang. Dan setiao kali itu pula, matanya menangkap mata Vio yang tidak melepaskan sedikitpun perhatiannya padanya.


“Aku benar-benar tidak mengenalnya, saat ini, di dunia yang ini, kurasa..” Henry menyerah, dia melemparkan buku tebal bersampul cokelat muda kehadapan Vio. Gadis itu membaca tulisan berwarna keemasan yang ditulis dengan huruf kapital bergaya romawi “Multiverse”.


Vio melemparkan pandangan padanya “Usaha yang bagus, coba lagi.” Henry menarik nafas dan menghembuskannya dengan keras. Lalu dia menarik kursi disamping Vio, dan membuka beberapa halaman buku itu. Dia berhenti pada lembar yang ditandai oleh kertas kecil, Vio mengenali tulisan tangan di sobekan kertas itu, tulisan Henry.


“Aku mengenalmu sejak berusia lima tahun. Henry Nicholas Jr.” Vio memperhatikan Henry dengan cermat. Mencari tanda-tanda Henry sedang bercanda atau menggodanya. Namun melihat ekspresi Henry yang tidak berubah, Vio lalu mengalihkan pandangannya pada kertas kecil yang terselip itu, lalu membaca tulisannya dengan perlahan-lahan.


“Danny, Zack, Vio, Rheinhart…” Tulisan nama-nama itu masing-masing diberi nomor yang berurutan. Vio menoleh pada Henry dengan keheranan, “Mengapa kau menulis nama-nama ini? Daftar apa ini?”. 


“Henry Nicholas Jr. di sini adalah seorang atlet taekwondo dan perenang yang handal. Tidak terlalu menonjol untuk urusan akademik, namun mendapatkan beasiswa karena olah raga.” Henry dan Vio menoleh ketika mendengar suara dari lorong buku di belakang mereka. Rheinhart berjalan mendekati mereka dan duduk dihadapan Vio. “Henry yang kukenal, adalah seorang ahli geofisika dan matematika.” Tambahnya. 


Vio mengerjapkan matanya beberapa kali, masih belum mamahami sepenuhnya.


Another world


“Henry, kita berkejaran dengan waktu, tapi kita masih berkutat di sini. Satu lagi konfigurasi. Ku mohon… tolonglah….” Rheinhart menjambak-jambak rambut ikalnya yang berwarna pirang keemasan. Kepalanya tertunduk lesu. 


Henry melepaskan kaca matanya lalu berjalan kearah pintu keluar. “Rhein, bagaimanapun juga kita butuh istirahat, kita akan melanjutkan besok. Danny, kau janji akan mentraktirku malam ini, ayo!” Henry melepaskan jas putihnya.


Danny berdehem sebelum akhirnya mendongak ke arah Henry. “Dimanapun kau mau, kawan. Penelitian ini akan menyelamatkan banyak nyawa. Tapi kita tidak ingin mati karena kelaparan kan? Rhein mau bergabung? Kita bisa menjemput Vio diperjalanan menuju restoran” 


Rheinhart tidak menanggapi ajakan kedua rekannya itu. Dia hanya menggeleng dan bergegas bangkit menuju papan tulis besar di tengah ruangan. Tangannya dengan cekatan menuliskan rumus-rumus yang sepertinya bermunculan tanpa henri di otaknya yang cemerlang. Dannya dan Henry saling berpandangan, lalu berjalan gontai menuju papan tulis yang sama.


0 comments:

Post a Comment

About Me