topbella

Tuesday, March 8, 2022

Indonesia at Dubai Expo 2020

Huft, masih banyak PR,








Reportase Expo terbesar di negara padang pasir.


Video diputar pesanan sponsor πŸ₯², tentang betapa “orisinil” proses produksi sebuah produk UKM, berbahasa Indonesia dengan subtitle berbahasa Inggris πŸ₯² (dari kurang lebih 20 negara yang kami kunjungi, semua video berbahasa inggris. Tidak ada yang berbahasa “daerah”). 

Menampilkan video mulai dari proses menanam, memupuk, sampai memetik hasil panen. Pak tani dan bu tani semangat bakerja di kebun. Video belum selesai saat kami memutuskan keluar, jadi kami tidak tahu, berapa lama total panjang video itu sampai selesai.

Ehem!

(Medkom IP Asia akan membuat video yang lebih baik dari ini😳)


Mbak-mbak yang jaga ditanya, apa kepanjangan dari singakatan produk yang sejak tadi muncul di video? “Sponsor ini bu, saya googling dulu, ya. Saya juga tidak tahu” 😊

Rata-rata pengunjung menonton video adalah 0 menit s/d 1 menit 44 detik, ini paling lama. Iya, niat banget duduk dan menunggu sampai kurang lebih 15 menit (gak tahu videonya berapa lama) Karena penasaran sebagai warga negara Indonesia yang sudah 10 jam keluar masuk booth negara lainnya. 

Booth negara lain rentang waktu mulai dari masuk sampai keluar rata-rata 20-45 menit, karena di desain untuk situasi pandemi, booth di desain sedemikian rupa, agar pengunjung dapat terus “mengalir” masuk dan keluar tanpa ada penumpukan di satu tempat dalam waktu lebih dari sekian menit.

Sehingga video yang diputar harus benar-benar efektif, efisien, menggugah, menginspirasi, membuka wawasan, harapan, memunculkan ide, mengundang untuk berwisata, dan semua tujuan yang ingin dicapai, walau hanya sekian menit. Rata-rata video negara lain adalah 1-7 menit disetiap etalase yang tersedia.

Dan, produk yang dipajang di booth “tidak dijual bu, hanya pajangan” lengkaplah kekecewaan. “Boleh minta tolong mengisi survei kepuasan produk, bu, karena belum dicoba, nanti saya saja yang mengisinya, cukup nama dan identitas ibu di ketik di sini” yaaah πŸ™ƒ. Untung anak lanang tidak mendengar ini. Sejak berangkat, dia sudah wanti-wanti kepada adik-adiknya agar memberi informasi dengan benar pada surveyor, menekankan tentang betapa pentingnya akuransi yang tinggi pada hasil survey sebagai bahan evaluasi kegiatan, dia masih mengomel karena merasa Hisyam memberi informasi yang salah pada jam kedatangan dan kepulangan kami, tidak sesuai 20 menit! Doeng! 😎

Bahkan anak lanang usia 10th yang saat menonton video di booth Thailand berkomentar “wow! Thailand pengekspor beras terbaik?! Ah! Buah fav mu karya scientist hebat!  Pantainya paling indah?! Kita harus ke sana! Mereka sudah ada rumah sakit yang dokternya hanya bekerja dari rumah? Pakai robot?! Banyak orang hebat memilih menjadi orang thailand?!” πŸ₯°

Video dibagi beberapa segmen, beberapa ruangan, dengan dekorasi berbeda-beda. Lengkap dengan nuansa air terjun atau pegunungan, atau awan dan embun. Dan saat video berakhir, sebuah suara berkata “Anda masih penasaran? Silahkan datang ke Thailand, dan bertemu dengan masyarakatnya langsung, pintu di sebelah kanan anda” begitu pintu terbuka, langsung terhubung dengan restoran thailand yang artistik, penuh ornamen tradisional, kursi dan meja tertata rapi, pelayan tersenyum dan mempersilahkan dengan ramah. “Kita harus makan di sini!” Serunya. Emak melipir ke sebelah kanan sebentar, ada stand pameran aksesoris dan perhiasan yang memanggil-manggil. πŸ˜‰

Tapi, saat pemutaran video pak tani, anak lanang ini bingung “ini video tentang apa? Berapa lama lagi kita harus duduk di sini?” 😞

Ah!

Alhamdulillaah, sebelum pintu keluar juga disediakan restoran, nasi padang! 😍



0 comments:

Post a Comment

About Me