topbella

Tuesday, February 11, 2020

Cerita Isti


Isti adalah seorang gadis kecil yang ceria. Matanya bulat dan selalu berbinar-binar. Tatapannya tajam menunjukkan dia adalah seorang gadis yang cerdas. Hidungnya kecil menggemaskan. Tutur bahasanya sudah runut dan jelas walaupun usianya baru 4 tahun. Rambutnya ikal, hitam sepanjang bahu dan selalu dihiasi jepit dan pita berbagai bentuk dan berwarna-warni.

Setiap pagi, Isti melihat kedua kakak laki-lakinya berangkat ke sekolah dengan menaiki sepeda bersama teman-temannya. Isti akan terus melambai dan mengucapkan selamat jalan sampai kedua kakak laki-lakinya itu sudah menghilang di persimpangan.

Isti ingin sekali bisa menaiki sepeda seperti mereka. Setiap sore, dia akan meminjam sepeda milik kakak nomor dua yang masih memakai dua roda bantuan penyeimbang. Tapi sejak satu minggu yang lalu, kakak nomor dua ini telah belajar sepeda roda dua dengan giat. Dua roda bantuan di belakang telah dilepas, dan dalam 30 menit saja, sang kakak telah mampu menaiki sepeda roda dua dengan mandiri, dan di hari ke tiga sudah benar-benar mahir menaikinya.

Sepeda dengan roda bantuan sudah tidak ada lagi, sedangkan sekeliling arena bermain yang berada tepat di depan rumahnya dipagari dengan garis berwarna kuning. Papan seluncur dan papan jungkat-jungkit dibungkus dengan plastik berwarna putih, bahkan dudukan dua ayunan yang terletak di sebelah kanan arena bermain juga tampaknya tidak pada tempatnya. Sepertinya untuk beberapa hari ke depan, arena bermain tidak dapat digunakan. Maka Sore ini, saat anak-anak berkumpul di taman untuk bermain sepeda, Isti hanya bisa mengamati dari kejauhan.

Dia hanya duduk bertopang dagu di atas trotoar di depan rumahnya. Sesekali dia tertawa melihat tingkah anak-anak yang bermain balapan sepeda. Sebelumnya dia berlarian kesana-kemari dibelakang rombongan sepeda itu. Tapi nafasnya sudah terengah-engah sekarang, keringat telah membasahi rambutnya yang dikepang dua. Malam itu, Isti tidur lebih awal karena kelelahan.

Pagi harinya, Isti mengerjapkan matanya beberapa kali, mulutnya menganga, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Di dalam kamarnya, di sebelah kanan tempat tidurnya, sebuah sepeda berwarna merah muda, dengan rumbai-rumbai berwarna pelangi di kedua setangnya, di sebelah kanan setang tergantung helem yang berwarna merah muda, sadelnya bergambar kuda poni kegemarannya. Sepeda baru! Lengkap dengan dua roda kecil berwarna biru muda di ban belakang sebagai penyeimbangnya.

Isti menghempaskan selimut yang melilit kakinya sambil berteriak memanggil ayah dan ibunya. Kemudian dia melocat turun dan mengelus-elus sepeda barunya masih dengan rasa tidak percaya. Rupa-rupanya, tadi malam ayah pulang terlambat dari kantor karena membelikan Isti sepeda. Isti sangat berterima kasih kepada ayah dan ibunya, dia berjanji akan selalu menuruti nasehat dan arahan mereka.

Setelah mandi dan sarapan, Isti yang sudah lengkap dengan helem dan sepatu segera mendorong sepeda barunya ke luar rumah. Tapi ibu memintanya menunggu karena ibu masih membantu ayah mempersiapkan diri sebelum berangkat ke kantor. Dia membiarkan pintu depan tetap terbuka dan menunggu ibu dengan tidak sabar.
Tidak lama kemudian, TEETT….TTTTEEEEEETTTTT…..TTTTEEEEEEETTTTTTT…….. Isti sangat terkejut dengan suara pendeteksi asap yang berada di atap lorong pintu depan. Dia dapat melihat lampunya berkedip-kedip merah. Isti melihat ibunya berlari ke dapur untuk mencari sumber asap.

Isti memberi tahu ibu bahwa dia melihat lampu kecil pendeteksi asap di atas lorong pintu depan berkelap-kelip merah. Lalu ayah berusaha menelepon kawannya menanyakan apa yang harus dilakukan.

Tiba-tiba, dua mobil pemadan kebakaran yang sangat besar, satu buah mobil ambulance dan satu buah mobil polisi telah parkir berderet di depan rumah. Beberapa orang berseragam biru, putih dan seorang berseragam cokelat menyerbu masuk ke rumah mereka. Isti, ayah dan ibu yang masih berkumpul di bawah pendeteksi asap menatap bingung pada rombongan ini.

Seorang laki-laki yang tinggi dan berseragam cokelat memperkenalkan diri sebagai seorang polisi. Dia meminta ijin untuk membiarkan para pemadam kebakaran dengan seragam biru memeriksa seluruh rumah. Setelah memastikan tidak ada asap atau api yang menyala, para laki-laki berseragam biru ini kembali bergabung di lorong pintu depan.

Salah seorang dari pria berseragam biru menjelaskan, bahwa pendeteksi asap adalah alat yang sangat peka, selain terhadap asap, juga terhadap debu dan juga uap air. Hari ini sangat berembun dan berkabut. Pintu yang terbuka membuat kabut mesuk ke dalam rumah, dan mengakibatkan pendeteksi asap menyala.

Isti yang mendengar hal ini segera menyadari kesalahannya. Dia menoleh kepada laki-laki yang tadi memperkenalkan diri sebagai seorang polisi dan menanyakan kepadanya. “Aku yang membuka pintunya, apakah pak polisi datang untuk menangkapku?”.

Semua orang yang sedang bergerombol di lorong pintu depan itu tertawa mendengar kejujuran dan keberanian isti. Polisi yang tadinya berwajah kaku dan menakutkan mengangkat isti ke dalam gendongannya. Dia menjelaskan maksud kedatangannya, mengusap rambutnya, bahkan memintanya untuk menjadi temannya.

Mulai saat itu, setiap kali Isti dan pak polisi itu berpapasan dijalanan, mereka akan saling melambai dan melemparkan senyuman.

0 comments:

Post a Comment

About Me