Alhamdulillaahi bini’matihi tatimusshoolihat.
Sampai juga di Bunda Cekatan.
Penantian yang panjang setelah kelas Bunda Sayang berakhir tahun lalu.
Proses penantian itu saya manfaatkan untuk mempersiapkan diri. Berbarengan dengan libur musim panas, yang artinya kesempatan membaca buku. Buku yang saya pilih adalah buku-buku dengan tema peningkatan kualitas hidup, tips-tips merapikan rumah, sampai pada panduan gaya hidup minimalis.
Yeup, buat saya, yang tidak suka merapikan rumah, maka tips paling utama adalah, jangan terlalu banyak barang. Maka, saat kami diberi kesempatan untuk pindah ke rumah baru, selesai libur musim panas itu, saya jadikan momentum untuk menyingkirkan barang-barang. Baju-baju yang tidak memiliki ikatan bathin (dan pancaran kebahagiaan saat menyentuhnya😜), sepatu anak-anak yang sudah tidak cukup lagi, mainan-mainan yang tetap di dalam kotak lebih dari tiga bulan, piring/mangkok/sendok yang membuat saya bertanya-tanya “untuk apa sampai berlusin-lusin seperti ini?”, juga panci dan penggorengan yang belum pernah keluar dari dalam kardusnya sejak dibeli satu tahun yang lalu.
Dengan rutinitas di sekolah dan lingkungan baru yang sangat padat, jumlah peralatan memasak yang minimalis itu, ternyata sangat membantu. Penggorengan yang hanya satu buah, apabila ingin menggunakannya lagi, maka saya harus mencucinya, saat itu juga. Waktu memasak yang hanya 30 menit, membuat saya rutin menyiapkan bumbu dan merapikan bahan-bahan yang akan dimasak beberapa hari sebelumnya. Sehingga kegiatan yang paling saya sukai, membersamai anak-anak, mengantarkan dan menunggu mereka beraktifitas dapat terlaksana dengan tenang tanpa harus khawatir dengan masakan yang belum tersedia. Awalnya, setiap kali memasak, pasti ada jari-jari yang teriris pisau, setelah tiga bulan, menyiapkan semua masakan dalam 30 menit, adalah hal yang sangat membanggakan diri sendiri.
Setiap harinya, saya memiliki waktu “sunyi” selama 2 jam. Saat semua anak-anak berada di sekolah, saatnya saya “me time” dengan menyetrika. Entah mana yang lebih dulu saya sukai, menyetrika atau kesunyiannya. Yang jelas, sekarang kesendirian itu tidak lengkap apa bila saya tidak barengi dengan menyetrika. Itu adalah waktu yang saya habiskan untuk diri sendiri, sambil meminum secangkir kopi, menonton vidio, mendengarkan kajian atau mendengarkan materi “sekolah” online yang saya ikuti.
Setelah “me time” selama 2 jam itu selesai, selanjutnya, dimulai pukul 3 sore, jadwal membersamai anak-anak sampai pukul 7 malam. Hanya jeda 30 menit disela setiap kegiatan. Suatu hari setelah pulang sekolah, misalnya, lanjut latihan berenang, lalu pulang untuk sholat ashar, masak, ganti baju, dan kembali mengantarkan anak-anak untuk latihan tennis, lalu pulang kembali untuk sholat maghrib dan mengaji kemudian kami masih harus kembali kelapangan untuk anak-anak berlatih bermain bola, ah! Saya benar-benar merasa keren! 🥰
Bisa membersamai anak-anak di perpustakaan sekolah yang nyaman, duduk dan ikut membaca buku yang sedang mereka diskusikan di klub buku, mengamati wajah Abang Hazim yang berbinar-binar saat berlatih taekwondo, atau menyambut suami di garis finish kompetisi yang diikutinya adalah hal yang sangat membahagiakan.
#janganlupabahagia
#jurnalminggu1
#materi1
#kelastelur
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional
0 comments:
Post a Comment