Saya merasa sangat kagum dengan ibu-ibu yang bisa membuat alas meja bahkan selimut sendiri dengan menggunakan benang yang dirajut, waahh.. memang luar biasa. Tapi, saya, untuk menemukan waktu membuat karya semacam itu, belum pernah dapat. Rasa-rasanya, pekerjaan rumah memang seakan-akan tidak terputus, selalu sambung menyambung, bahkan terkadang, sekali waktu, harus melakukan beberapa pekerjaan sekaligus. Misalnya, saat menunggu ikan goreng matang, saya sambil menyapu atau mengepel dapur yang penuh pasir dan merapikan whiteboard spidolnya yang masih berserakan selepas anak-anak sarapan tadi pagi, sebelum berangkat sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan mencuci piring dan gelas dan perabotan dapur yang dipakai memasak sarapan, memgangkat cucian dari dryer, kemudian menyetrikanya, kemudian memasukkannya ke dalam lemari, lalu mengajar anak-anak, atau hanya sekedar membersamai mereka bermain sehabis pulang sekolah.
Fiiuuh...
Jika melihat beberapa teman yang memposting kegiatan merajut mereka saat di dalam kendaraan, di kereta misalnya, waahh... sepertinya juga bukan sekarang saatnya, karena biasanya, saat dikendaraan, adalah saat mengawasi 3 anak berumur dibawah 7 tahun yang sangat aktif dan terus-terusan mengajukan pertanyaaan akan banyak hal. Pernah saya mencoba membaca di dalam kendaraan, dan akhirnya benar-benar pusing, karena harus mendongak, menengok, dan menunduk bergantian, belum lagi harus bicara terus-menerus menanggapi anak-anak dan juga suami. Walaaahhh..
Beberapa saat lalu melihat tutorial menghias toples dengan potongan sendok. Saat itu, saya terheran-heran dan berfikir, memang luar biasa orang-orang ini, apakah mereka dengan sengaja membeli banyak sendok plastik dalam berbagai warna, untuk kemudian membuat hiasan ini? Kapankah saya bisa berbelanja sesuatu dengan dengan "tujuan" semacam itu?" , berjalan-jalan santai memilih sendok untuk kemudian sengaja dipotong-potong kemudian menemukan waktu luang untuk menempel dan menyatukannya dengan lem dan menjadi hiasan yang cantik, aaahh... indahnya...
Oh! tiba-tiba saya tersentak kaget. Saya teringat pada banyaknya sendok es krim Baskin * yang semakin menumpuk. Dibuang sayang, akhirnya disimpan di dalam laci, penjual Baskin * selalu memberi banyak sekali sendok, setiap kali, walau hanya membeli dua atau tiga schoop es krim, dia memberi kurang lebih 10-15 sendok. Kami sudah berusaha melarang, menolak, bahkan suatu kali, meminta penjelasan tentang alasannya memberi kami sendo berlebihan seperti itu, tapi, karena penjual es krim ini tidak bisa berbahasa indonesia ataupun berbahasa inggris, dan kami belum bisa berbahasa Arab maupun bahasa Hindi, jadilah komunikasi kami tidak nyambung..😢
Aha! Saya sudah punya bahannya, sendok pink tanpa perlu dicat lagi, tinggal di potong, dan ditempel-tempel di toples, kemudian... menemukan waktu yang tepat untuk mengerjakannya!
😅
0 comments:
Post a Comment