Suatu hari, saat baru beberapa hari kami tinggal di perumahan ini, bel pintu berbunyi. Tentu kami belum mengenal siapapun, sehingga kami hanya saling pandang. Saat bel berbunyi untuk yang ke dua kalinya, Abang Hazim bergegas membukakan pintu
Seorang gadis kecil, tidak lebih besar dari Hisyam, menyodorkan selai kacang,
“Tolong buka, ayah ku tidak ada, ibu ku tidak bisa membukanya” katanya, dengan bahasa inggris yang terbata-bata.
Sejak malam itu, seketika kami merasa berada di lingkungan yang tepat. Setiap orang saling mengenal, merasa aman satu sama lainnya.
Corona virus mewabah, lock down diberlakukan, jam malam dijalankan. Di perumahan terpencil ini, batas maksimal kami boleh berada di luar hanya sampai pukul enam sore.
Bel pintu berbunyi. Saya menatap jam digital di dinding, pukul 8.08 malam. Kami saling berpandangan.
“I’ll get it!” Kata Abang Hazim, ketika bel berbunyi untuk ke dua kalinya.
“Its ok.. let me get it” Suami bergegas membuka pintu depan.
Saya mengintip di tangga, tapi tidak bisa mendengar apapun. Saya terkejut ketika suami malah pergi keluar rumah.
“Hehheew.. iya.. pintu bagasi mobil terbuka”. Jawab suami. Kami semua tertawa lega.
Wuuah... kini kami bertambah merasa aman. Polisi yang selalu berpatroli ternyata bukan hanya lewat saja.
πΈππΈππΈπΈππΈππΈππΈππΈππΈππΈππΈππΈππΈππΈππΈππΈπ
Susah tiga hari ini, kami menambah tugs harian, menyiram dan menyapi halaman depan dan belakang, karena gardener tidak boleh masuk ke perumahan. Good Job Team!
π Padahal setiap hari menambah satu atau dua kegiatan lain, tapi mengapa, sepertinya kami masih tetap memiliki banyak waktu tersisa? Apakah memang selama ini begitu “malasnya?” π―
#tantangan30hari
#bundacekatan
#kelaskepompong
#institutibuprofesional
#day9
0 comments:
Post a Comment