#ForthingstochangeImustchangefirst
#gamelevel5
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
Kami adalah keluarga yang sering bepergian. Melakukan perjalanan, menginap di tempat "lain", kami lakukan hampir setiap minggu. Maka, kegiatan belajar, apapun itu, sudah biasa kami lakukan dimana saja, dan kapan saja.
Tidak seperti saudara sepupu anak-anak kami yang seumuran, mereka sudah rutin mengikuti les membaca, les berhitung, dan lain-lain, anak-anak kami mempelajari itu semua setiap saat.
Alhamdulillaah, mengenal IIP, adalah anigerah dari Allooh yang sangat besar untuk kami. Apa yang sudah kami lakukan selama ini, menjadi lebih tertata, terencana, teratur, dan termaknai.
Anak-anak yang masih umur di bawah 7th, membuat kami berpacu dan berkonsentrasi dalam membangun dan menguatkan pondasi mereka. Pondasi berfikir, bernalar, pondasi keimanan, dan lain-lain.
Setiap tantangan dalam kelas IIP, kami merasakan "hal lain", tujuan sesungguhnya yang "ingin dicapai". Hal-hal lain yang tak kasat oleh mata, tujuan yang lebih jauh dari "sekedar" hanya bisa. Tapi terbiasa, dan suka. Anak-anak yang terbiasa berfikir, kemudian mengungkapkan pemikiran mereka, lalu sampai pada anak-anak yang tidak hanya sekedar bisa membaca, namun bagaimana mereka bisa memahami apa yang mereka baca, lebih jauh lagi, mereka bisa mengambil hikmah dari bacaan itu, bahkan bacaan itu memberika inspirasi baru, MasyaaAllooh.
Saat pertama kalinya dalam empat bulan kami menginjakkan kaki di Bandara Internasional Soekarno Hatta, saat umienya masih "kliyengan" jetleg setelah perjalanan kurang lebih 12 jam, saat baru keluar dari pintu pesawat, Hisyam bertanya dengan takjub,
"Waah... kita sudah sampai Indonesia ya? Kenapa di sini banyak pohon hijau, banyak rumput, dan juga banyak air?" Sambil menunjuk kanan-kiri pemandangan sekitar "belalai" yang menghubungkan pintu pesawat dengan gedung bandara.
Saya masih mencerna pertanyaan anak berumur 4th ini, sekaligus takjub dengan pola berfikir Hisyam yang mulai menunjukkan perkembangan.
"Aha! Abang tau, itu karena di Indonesia banyak hujan, lalu air hujan diserap oleb tumbuh-tumbuhan itu, mereka jadi segar. Kalau di Saudi, tidak ada hujan, hujan sangat sedikit, dan sangat panas, maka air hujan menguap dengan cepat ke atas, tidak diserap tanaman, juga tidak bisa menjadi danau seperti itu" kata abang Hazim, sambil menunjuk genangan air.
MasyaaAllooh... Alloohu Akbar!!
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
0 comments:
Post a Comment